Dasar Ucok, sudah tahu si Bayu kehilangan motor kreditnya di kampus. Malah di ucapkan selamat. Hebohlah kawan-kawannya. Biasanya orang malah bersimpati atau ikut bersedih atas insiden tersebut. Banyak yang terbengong-bengong, biasanya ucapan selamat itu diucapkan pada hal-hal tertentu. Seperti pada hari bahagia ulang tahun, syukuran karena lulus ujian, atau seperti Ruri, teman sekampus Bayu yang sebentar lagi akan menikah. Ha, itu yang patut di ucapkan selamat.
Memang sih, biasanya begitu dimana-mana. Ketika ada yang bahagia baru di ucapkan rasa salut kita terhadap rasa bahagia itu. Kalau si Ucok berbeda pendapat dengan kawan-kawannya yang kebanyakan sudah tua-tua itu soal ucap-mengucap. Timbullah rasa penasaran si Bayu, Raje,Ruri, serta Rian, kawan-kawan akrabnya terhadap kata-kata yang langka itu.
"Apa yang awak maksud selamat tu, Cok," kata Bayu dengan rasa penasaran campur geram. "Iya, akupun mau tahu juga nih,Cok," sambung Raje.
"Seriuslah, Cok," tambah Ruri.
Ucok hanya diam sambil menghirup rokok gepenya yang basah kena hujan, gara-gara menemani Bayu ke Kapolsek Sukajadi membuat laporan kemalingan motor kredit dan tertidur pulas di bangku tunggu. Akhirnya sempat pula di foto-foto si Rian wajah tirus mata cekung si Ucok.
"Cobalah tuan-tuan bayangkan, selama ini paradigma berfikir kita, ucapan selamat itu hanya untuk orang menikah saja atau bersunat rasul saja, atau mengulang tahun saja, kita selalu merasa dirugikan dengan kehilangan, kemalingan, kecolongan bahkan kena perkosa," ucap Ucok dengan gayanya yang sok filsuf itu.
"Tapi itu kan tak...," sembur Ruri, yang langsung dipotong si Ucok.
"Tunggu dulu, belum habis ni. Padahal kemalingan motor si Bayu itu rasa sayangnya Allah tehadap Bayu dan patut kita ucapkan selamat. Coba tuan-tuan bayangkan kalau motornya masih ada dan motor itu pulalah yang akan menyebabkannya celaka dan mematikan si Bayu. Ini lebih parah lagi, kita kehilangan kawan yang begitu tulus dan polos, terlebih-lebih aku sendiri yg merasa kehilangan,”lanjut Ucok.
"hehehehe...," Raje, Ruri, Bayu, Rian, dan Ucok akhirnya ngopi di kantin belakang kampus sambil tertawa tak putus-putus.(Indra Maha)
- FIKOM DIDADAKU Forever
- Hunter duck ketika Lomba Fotografi Bebek Goreng H.Slamet,Walau tak Menang..
- Comic Syamsul Si Korek Api karya Pak Heri Budiman
- UMRI PRESS yang InsyaAllah sebentar lagi akan di luncurkan.
- Stadion PON XVIII Yang di Gesa Pengerjaannya.
- FIKOM DI DADAKU,Hunting bareng Dosen Fotografi Pak Heri Budiman.
Saturday, October 22, 2011
Pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kota Pekanbaru kali ini cukup seru dan patut di acungkan jempol. Dari empat pasang calon yang mendaftar cuma dua pasang calon saja yang bertahan dan merasa gentelman serta siap bertarung.
Sebelah sana menyebut dirinya begini, dan yang satu lagi menyebut dirinya begitu. Dari sebutan nama mereka saja, para calon itu punya falsafah tersendiri agar mudah diingat masyarakat. Soal subtansi nama ini sudah sejak zaman dahulu kala.
Pasti setiap nama mempunyai makna tersendiri bagi pemiliknya, mana ada orang menamai anaknya Bocor, Gilo, Hancur. Tentulah kedua orang tuanya menginginkan nama anaknya itu menjadi doa dan sekaligus membawa berkah bagi pemiliknya dan bagi orang lain.
Nah, bagaimana dengan subtansi nama sebutan kedua pasang calon wali Kota Pekanbaru itu? Siapa Mak dan Bapaknya yang memberikan nama itu?
Menurut kata Wak Daeng, dukun dari Tembilahan bahwa nama kedua pasang calon tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Seperti nama yang menyebut dirinya begini, cenderung memikat hati masyarakat tetapi hanya sebentar saja. Kecuali dia memakai nama tambahan di belakang setengah kata dan seperempat kata di depan.
Sedangkan untuk nama yang menyebut dirinya begitu, sama-sama mudah diingat juga. Namun secara hakikat nama itu mudah rapuh, kalau secara garis besar perdukunan nama itu kemungkinan tertanam di hati masyarakat.
“Jadi, Wak Daeng, bagaimana itu. Nama mereka sama-sama ada di hati masyarakat. Dan siapa pula yang menjadi pemenangnya,” tanya seorang pewarta cantik.
“Menurut ramalan saya, tak ada pemenangnya. Sebab pencoblosan nanti bukan atas nama meraka, tetapi atas nama rakyat,” ungkap Wak Daeng sambil meghirup rokok cerutunya.(Indra Maha)
Sebelah sana menyebut dirinya begini, dan yang satu lagi menyebut dirinya begitu. Dari sebutan nama mereka saja, para calon itu punya falsafah tersendiri agar mudah diingat masyarakat. Soal subtansi nama ini sudah sejak zaman dahulu kala.
Pasti setiap nama mempunyai makna tersendiri bagi pemiliknya, mana ada orang menamai anaknya Bocor, Gilo, Hancur. Tentulah kedua orang tuanya menginginkan nama anaknya itu menjadi doa dan sekaligus membawa berkah bagi pemiliknya dan bagi orang lain.
Nah, bagaimana dengan subtansi nama sebutan kedua pasang calon wali Kota Pekanbaru itu? Siapa Mak dan Bapaknya yang memberikan nama itu?
Menurut kata Wak Daeng, dukun dari Tembilahan bahwa nama kedua pasang calon tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Seperti nama yang menyebut dirinya begini, cenderung memikat hati masyarakat tetapi hanya sebentar saja. Kecuali dia memakai nama tambahan di belakang setengah kata dan seperempat kata di depan.
Sedangkan untuk nama yang menyebut dirinya begitu, sama-sama mudah diingat juga. Namun secara hakikat nama itu mudah rapuh, kalau secara garis besar perdukunan nama itu kemungkinan tertanam di hati masyarakat.
“Jadi, Wak Daeng, bagaimana itu. Nama mereka sama-sama ada di hati masyarakat. Dan siapa pula yang menjadi pemenangnya,” tanya seorang pewarta cantik.
“Menurut ramalan saya, tak ada pemenangnya. Sebab pencoblosan nanti bukan atas nama meraka, tetapi atas nama rakyat,” ungkap Wak Daeng sambil meghirup rokok cerutunya.(Indra Maha)
Jalanan masih saja berdebu. Sama seperti kemarin. Lulu menatap kesal pada supir angkot yang ditumpanginya. Selalu saja begitu. Berhenti di tempat yang sama untuk menunggu penumpang. Di depan mall terbesar di kota yang memiliki tingkat suhu tinggi ini. Lulu menyumpah serapah dalam hati. Sebentar lagi pertandingan futsal antar fakultas di kampusnya akan dimulai. Lulu ikut sebagai salah satu peserta. Meskipun perempuan, tapi Lulu jenis perempuan yang tangguh. Tendangannya saja mengalahkan tendangan Si Dodi ketua kelasnya. Karena itu Lulu tetap diikutsertakan dalam tim futsal fakultasnya. Meskipun hampir semua anggota tim adalah laki-laki. Lulu tak peduli. Baginya selama ia mampu mengapa tidak?
Permainan telah dimulai sejak 10 menit yang lalu ketika Lulu sampai di lapangan futsal. Bergegas Lulu mengganti pakaian dengan kostum timnya.
“Buruan Lu…” teriak Dodi dari tengah lapangan.
Lulu mengacungkan jempolnya. Kemudian masuk ke lapangan menggantikan Roni. Dengan sigap Lulu mengoper bola. Memberi umpan hingga sebuah tendangan membobol gawang lawan. Pertandingan usai dengan skor 3 – 1 untuk tim Lulu.
“ Lho kamu kenapa Lu? Kita kan menang, kok kamu nggak bersemangat gitu?” tanya Dodi. Lulu cemberut dan menghempaskan tubuhnya di kursi ruang ganti. Ia mengangkat kaki. Dan olala…ternyata sepatunya robek di bagian bawah dekat ujung kaki. Dodi tertawa terpingkal-pingkal melihatnya. Secepat mungkin Lulu membekap mulut Dodi dan mengancamnya dengan kepalan tangan.
“Lagian udah tahu mau main bola, kok kamu pakai sepatu kets sih?” Dodi masih menahan tawa.
“Aku nggak punya sepatu lain Dod. Apa kamu pernah melihat aku ke kampus memakai sepatu selain sepatu ini? Kamu pikir aku bisa dengan mudah menghamburkan uang 200 ribu untuk membeli sepatu bola seperti kamu?!” Lulu balik bertanya dan matanya menatap tajam setengah menggugat pada sepatu bola baru milik Dodi.
“Maaf Lu…” Dodi tak bisa berkata apa-apa lagi.
Lulu bangkit berdiri meninggalkan Dodi. Ia menyambar ranselnya dan melangkah gontai menuju jalan raya menyetop angkot. Lulu mau pulang. Ingin cepat-cepat menemui Mama. Lulu ingin sekali ini saja memohon pada Mama untuk minta sepatu baru. Dodi benar. Tidak seharusnya ia main bola memakai sepatu kets.
***
Sampai di rumah Lulu menemukan Mama masih sibuk dengan kain-kain yang dijahitnya. Mama adalah wanita yang tegar. Semenjak Papa meninggal, Mama tak pernah menikah lagi. Ia menjahit dan berjualan kue untuk menghidupi Lulu dan Antoni. Lulu berdiri di samping Mama.
“ Lho kok cepet pulangnya Lu? Bukannya kamu bilang mau pulang sore, mau ke rumah Indah dulu untuk ngerjain tugas?” tanya Mama.
“ Nggak jadi Ma. Lulu buat tugasnya di rumah aja…” jawab Lulu.
“ Lu…besok kamu wakili Mama menghadap kepala sekolahnya Antoni ya, Mama nggak sempat Lu, banyak jahitan yang harus diselesaikan, supaya Antoni bisa bayar SPP nya.” Mama menatap Lulu, membuat Lulu tak tega untuk menolaknya. Lulu mengangguk.
“Dalam rangka apa Ma? Kok sampai kepala sekolahnya Antoni memanggil Mama?” tanya Lulu sambil melihat-lihat baju seragam waiter sebuah restoran yang sudah selesai dijahit Mama.
“ Antoni telat bayar SPP bulan ini Lu.” jawab Mama. Pandangan Lulu pada baju-baju seragam yang digantung langsung tersentak. Sepatu kets melayang-layang dalam pandangan Lulu. Beragam perasaan berkecamuk dalam dada Lulu.
“Ma, Lulu ke kamar dulu ya,” pamit Lulu yang dijawab dengan anggukan oleh Mama.
***
Lulu duduk di depan jendela kamarnya menatap ke luar. Memandangi rumpun melati yang sedang berbunga. Tiga tahun yang lalu, ketika itu Lulu masih kelas 3 SMA. Sedang sibuk-sibuknya Lulu menghadapi UN. Tiba-tiba Papa meninggalkan semua orang-orang yang mencintainya karena mengidap penyakit liver. Lulu sedih sekali. Semangatnya hilang. Nyaris ia tak mengikuti UN. Tapi Mama menguatkan hatinya, Mama memberikan contoh ketegaran padanya.
“ Lulu harus tetap semangat. Buat Mama bangga! Yakinlah seandainya Papa masih ada, Papa pasti tak ingin melihat Lulu rapuh dan lemah.” ucap Mama ketika melihat Lulu malas belajar untuk mempersiapkan UN.
Kata-kata Mama telah menjadi cambuk bagi Lulu untuk bangkit. Perjuangan dan ketegaran Mama menjalani hidup telah menjadikan Lulu sebagai seseorang yang selalu optimis. Mama juga yang mendorong Lulu untuk tetap meneruskan kuliah setelah tamat SMA.
“Mama akan melakukan apa saja untuk kebahagiaan Lulu dan Antoni.” Mama meyakinkan Lulu ketika Lulu tamat SMA dan ingin bekerja saja untuk meringankan beban Mama.
Begitulah. Lulu akhirnya melanjutkan kuliah di sebuah PTN. Sebelum berangkat kuliah Lulu selalu mempunyai rutinitas menjual koran keliling kompleks rumahnya dengan sepedanya. Bagaimanapun Lulu tetap ingin meringankan beban Mama. Kerja keras Lulu dalam belajar berbuah manis. Lulu selalu mendapatkan beasiswa dari fakultasnya karena nilai-nilainya yang luar biasa.
Lulu mengalihkan pandangan matanya kepada sepatu kets yang terpuruk di belakang pintu kamarnya. Warnanya hitam dan putih. Sudah sedikit kusam. Dimana-mana sudah terlihat goresan-goresan terkikis aspal jalanan. Tidak ada yang istimewa pada penampilan sepatu kets itu. Tapi bagi Lulu sepatu itu sangat berharga. Satu-satu nya sepatu yang dimiliki Lulu semenjak semester dua kuliah di fakultas Psikologi. Sekarang Lulu sudah semester empat, sudah cukup lama Lulu bertahan dengan sepatu kets itu. Sepatu yang selalu menemaninya kemana saja. Saat pagi mengantarkan koran ke rumah-rumah langganannya, pergi ke kampus, ke pesta ulang tahun teman-temannya, bahkan ke pesta perkawinan dosennya akhir bulan kemarin Lulu juga memakai sepatu kets itu. Lulu tak peduli dengan penampilan teman-temannya yang sering gonta-ganti sepatu, sandal atau aksesoris lainnya. Lulu selalu menahan diri untuk tak terbujuk teman-temannya membeli barang-barang yang tidak terlalu penting. Lulu tahu bagaimana sulitnya mencari uang, Lulu tak pernah ingin menyulitkan Mama.
Sekarang sepatu itu sudah hampir tamat riwayatnya. Lulu bimbang. Tak mungkin memaksa Mama untuk membeli sepatu baru, sementara Mama masih kesulitan untuk membayar SPP Antoni. Lulu melirik celengan babinya.
Dengan sekali hempas sudah bertaburan uang kertas dan uang recehan di lantai kamarnya. Lulu bersimpuh di lantai menghitung uang-uang itu. Rp.264.800. Lulu tersenyum. Cepat-cepat ia memasukkan uang itu ke dalam dompetnya. Disambarnya tas ransel dan dengan tergesa ditutupnya pintu kamar. Lulu baru saja ingin pamit pada Mama untuk membeli sepatu kets baru. Tetapi sebuah ucapan Mama membuat semangatnya lenyap menjadi debu.
“ Tante Rea barusan sms, Lu. Dia bilang mau kesini untuk menagih uang sewa rumah. Padahal uang Mama kurang 200 ribu lagi. Kamu punya uang nggak, Lu? Kalau ada Mama pinjam dulu ya…”
Lulu tak kuasa memandang mata Mama yang sangat berharap padanya. Mata Lulu berkaca-kaca dan bayangan sepatu kets itu mulai memudar.
Asrul Rahmawati (Fakultas Ilmu Komunikasi Umri)
Rabu,(19/11) 12.00 wib Terlihat sepeda motor para mahasiswa Umri memadati halaman kampus, Kurangnya lahan parkir membuat sempit lapangan universitas,yang mengakibatkan kendaraan berdempetan. Hal ini mengakibatkan tinggi nya tingkat kesulitan mahasiswa untuk lewat setelah selesai kuliah dan hendak pulang (dwi)
Wednesday, October 19, 2011
Suasana aula kampus Umri terlihat bersemangat dan padat. Pasalnya, pada Jumat (14/10) dimulai pukul 09.00-11.30 wib Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) mengadakan kuliah umum dengan tema “Membangun Opini Public Melalui Media Sosiety”.
Dalam kuliah umum yang wajib dihadiri seluruh mahasiswa Fikom tersebut, hadir pembicara Dr. Eko Harry Susanto, Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (Aspikom), Rektor Umri Prof Dr Muhammad Diah Zainuddin M.Ed, Dekan, Kaprodi,dosen-dosen Fikom.
Dalam sambutannya sekaligus membuka acara Prof Dr Muhammad Diah menyebutkan bahwa ia akan selalu mendukung kegiatan mahasiswa. Ia juga menghimbau kepada seluruh peserta kuliah umum untuk cerdas dan tidak gaptek dalam menyikapi perkembangan teknologi dan mampu menggunakan media-media sosial dengan tepat.
Saat ini adalah era komunikasi, dimana komunikasi berkembang dengan pesat. Dr. Eko Harry Susanto dalam penyampaian kuliah umumnya mengupas tuntas masalah opini publik, mulai dari proses pembentukannya, mulai dari masalah yang ditimbulkannya, solusi hingga aksi yang timbul dari opini publik lewat media sosial.
Disamping itu, Ia juga menyampaikan bahwa para mahasiswa harus bijak dalam menyikapi dan menggunakan. Sehingga sikap kehati-hatian dan bijaksana tersebut dapat meminimalisir dampak negatif yang timbul seperti tindakan asusila, pencemaran nama baik, penculikan dan sebagainya.
“Kalau mau mengkritik lebih baik mengkritik pemerintahan daripada mengkritik instansi perusahaan, biasanya pemerintah lebih kebal dan tidak mau tahu terhadap kritik dibandingkan perusahaan,” ujarnya setengah berkelakar.(asrul)
Saturday, October 1, 2011
Bagi anda yang sering berinteraksi di dunia maya khususnya Sosial Network seperti Facebook,Twiter dan sebagainya,dari sekarang untuk lebih berhati-hati,sebab ancaman bisa saja menyerang anda dari media tersebut,banyak User yang terkecoh dengan umpan-umpan dari orang yang tidak bertanggung jawab,misalnya virus,sebab kepandaiaan para pembuat virus semakin meningkat dan di tambah dengan masih sedikitnya kesadaran tentang bahayanya virus,nahh bagi yang suka bercuap-cuap di dunia maya AKSARA ada sedikit Tips Buat Nara bLog sekalian
1. Hindari melakukan klik pada link yang dikirim pada Anda, baik melalui pesan chat Facebook atau status.
2. Beritahukan pada teman Anda, bahwa komputer tersebut telah terinfeksi virus, dan segera lakukan update dan scan komputer dengan antivirus yang terupdate.
3. Jangan melakukan copy link atau melakukan pemberitahuan disertai link tersebut, karena dengan begitu Anda justru ikut menyebarkan link yang mengandung virus tersebut.
4. Jangan meninggalkan Facebook Anda dalam keadaan aktif/login, sebaiknya logout dulu hingga Anda kembali.
5. Gunakan Secure HTTP / HTTPS pada saat login Facebook, hal ini agar akun Anda tidak mudah diakses oleh orang lain di sekitar Anda.
semoga Tips Berikut bisa membantu Narablog untuk terus berhati-hati tanpa merasa Terganggu.
Subscribe to:
Posts (Atom)